Nama ZTE Axon sebagai “flagship killer” mungkin kurang diperhitungkan oleh mayoritas konsumen dibanding nama-nama yang lebih populer seperti OnePlus 2 atau Motorola Moto X Style. Namun popularitas tidak selalu berbanding dengan kualitas, hanya dengan sepintas lalu saja orang bisa langsung menduga bahwa smartphone Android terbaru buatan produsen asal Cina itu menyimpan segudang potensi yang menjadikannya sebagai kuda hitam diantara “flagship killer” lainnya.
ZTE Axon sekali lagi merupakan bukti riil bahwa merek asal Cina kini tak bisa lagi disepelekan dan dianggap sebagai merek kelas dua, setidaknya dari sisi kualitas. Merek-merek asal Korea, AS dan Jepang yang sebelumnya menguasai industri ponsel semakin hari semakin merasakan dampak kebangkitan merek-merek yang semula dianggap sebagai produk kelas dua tersebut dari sisi penjualan. Artikel berikut secara khusus hendak menyoroti ZTE Axon yang bagi banyak pengamat dianggap sebagai ancaman bagi smartphone kelas high-end yang kini banderolnya sudah mencapai kisaran Rp 10 juta-an.
Home » Android » ZTE Axon: Flagship Killer dengan LDDR-4 RAM
on
ZTE Axon: Flagship Killer dengan LDDR-4 RAM
Melihat kecenderungan setidaknya dalam dua tahun belakangan ini kentara sekali bahwa desain menjadi faktor penting dalam penilaian konsumen untuk smartphone kelas mid-end dan high-end. Kegagalan Samsung tahun lalu salah satunya juga disebabkan oleh sikap acuh mereka terhadap desain produknya.
Tahun ini hampir semua pabrikan sudah menyadari kondisi tersebut. Bersama dengan Motorola, HTC dan Sony, Samsung pun kini memberikan build quality serta estetika desain yang sophisticated. Artinya tantangan bagi merek-merek kelas dua seperti ZTE kini semakin berat, karena itu artinya minimal mereka harus mampu menyetarakan diri dengan Samsung, Sony, HTC dan Motorola dari sisi ini.
Lewat Axon, ZTE tampaknya sudah berhasil memenuhi standar tersebut. Casing bermaterial logam dengan build quality tinggi menjadikan “flagship killer” buatan mereka tampak berkesan premium sekaligus solid. Bahkan desain mengkurva pada cover bagian belakang seketika mengingatkan pada kenyamanan kala menggenggam smartphone buatan HTC yang selalu menjadi yang terbaik di sektor desain sampai hari ini.
Walau secara umum terbilang sukses di sektor desain bukan berarti tak ada kritikan atau kelemahan ZTE Axon di poin tersebut. Ketiadaan kontur pada cover belakang menjadikan smartphone Android ini cenderung terasa licin kala digenggam, demikian pula ukuran bezel yang lebar membuat operasional dengan satu tangan begitu sulit untuk dilakukan.
Pada beberapa tempat ZTE memberikan sentuhan pattern unik misalnya pada speaker grill, earpiece serta kamera belakang. Suka atau tidak tentu kembali pada soal selera, yang jelas tujuan menciptakan nuansa unik sudah bisa dicapai lewat detil-detil sepele tersebut.
Di sektor layar ZTE Axon tampak bermaksud memosisikan diri sebagai penantang flagship model smartphones. Ukuran layar 5.5 inch dengan resolusi QuadHD terang-terangan menunjukkan maksud tersebut. Layar berteknologi IPS ini menghasilkan kepadatan warna mencapai 534 ppi yang tajam, terang dan memiliki tingkat kontras sangat ideal. Seperti umumnya layar berteknologi IPS maka sudah pasti viewing angles layar ZTE Axon juga sangat luas. Satu-satunya kekurangan layar ZTE Axon dibanding layar Super AMOLED pada Samsung Galaxy S6 hanya terletak pada kepekatan warna hitam yang tidak sesolid layar AMOLED.
Sama halnya seperti rival senegaranya yaitu OnePlus kala membesut OnePlus 2, ZTE pun berani memercayakan performa ZTE Axon pada chipset Snapdragon 810 terlepas dari banyaknya keluhan gejala overheat kala chipset ini dijalankan pada Sony Xperia Z3+.
Dan keberanian tersebut bukanlah tanpa alasan, sebab selama proses pengujian ZTE Axon terbukti tidak mengalami gejala overheat sebagaimana dikhawatirkan sebelumnya. Casing-nya sendiri hanya mulai terasa panas setelah lama digunakan bermain game, dan tingkat panas tersebut tidaklah berlebihan melainkan sama seperti halnya dengan smartphone ber-chipset lain kala melakukan tugas serupa. ZTE tak menjelaskan terperinci tindakan apa yang mereka tempuh untuk mengatasi overheat Snapdragon 810, namun setidaknya mereka terbukti berhasil mengatasinya.
Soal performanya sendiri tak ada keluhan baik pada transisi antar aplikasi, loading dan menjalankan aplikasi kompleks maupun multitasking. Tingkat fluiditas tinggi serta ketiadaan gejala lag selama pengujian membuat kami yakin menyebut bahwa ZTE Axon layak disejajarkan dengan smartphone high-end dari merek-merek mapan pada poin ini.
Performa audio ZTE Axon juga dijamin bakal memanjakan telingga penggemar musik, game dan film. Menggunakan chipset Hi-Fi kualitas audio baik saat merekam maupun mendengarkan terasa begitu memukau. Tak cukup sampai disitu bahkan standarnya saja pihak pabrikan sudah menyertakan earphone buatan JBL untuk menyertai ZTE Axon.
Kualitas suara yang dihasilkan terasa bening dan mantap meski kurang optimal menghasilkan suara stereo karena produsennya hanya memberikan single speaker di bagian depan.
Kamera menjadi fitur andalan ZTE Axon lain untuk memikat calon konsumen. Kamera utama 13 MP dengan f/1.8 serta OIS berikut tambahan kamera 2 MP untuk meningkatkan detil foto yang dihasilkan lagi-lagi membuatnya sangat layak disejajarkan dengan smartphone kelas high-end dari merek mapan. Penggemar foto selfie pun dipuaskan dengan kamera 8 MP yang terletak di bagian depan berikut lensa lebarnya.
Aplikasi yang menyertai kamera tersebut tak kalah istimewa, selain mudah dioperasikan juga mendukung beberapa mode standar sebagaimana ditemukan pada smartphone merek lain. Fitur menonjol pada aplikasi kamera ZTE Axon adalah mode Bokeh yang memungkinkan pengguna memainkan fokus secara manual lewat f stop control. Namun tentu saja rekayasa perangkat lunak ini tidak seoptimal kala menggunakan kamera DSLR, salah satu buktinya adalah tidak memungkinkan bagi pengguna untuk mengatur tingkat pencahayaan yang diterima oleh lensa.
Secara keseluruhan performa serta kualitas foto yang dihasilkan menempatkan ZTE Axon sebagai salah satu unggulan di segmennya. Bahkan kala mengabadikan objek di dalam ruangan atau di malam hari foto yang dihasilkan masih tergolong layak. Gejala noise yang timbul berhasil diminimalisir oleh perangkat lunaknya meski dalam banyak hal masih banyak peningkatan yang bisa dilakukan oleh produsen.
ZTE Axon saat ini sudah tersedia dalam status pre-order, kala tulisan ini dibuat banderol harga ZTE Axon ada di kisaran Rp 7 juta-an yang membuatnya jauh lebih murah jika dibandingkan Samsung Galaxy S6, Sony Xperia Z3+, iPhone 6 atau HTC One M9 yang ditantangnya.
Dari sisi kualitas seperti sudah kami sebutkan bahwa ada segudang potensi yang membuatnya layak dipertimbangkan sebagai alternatif bagi flagship smartphones, tinggal bagaimana ZTE mampu memberi ketenangan bagi pelanggan dengan memberikan layanan purna jual termasuk jaringan service dengan aksesibilitas baik. Harus diakui bahwa ketersediaan jaringan layanan purna jual masih memainkan peran penting di industri ponsel, meski pada faktanya mayoritas pengguna nyaris tak pernah membutuhkan layanan perbaikan tersebut hampir seumur hidup ponsel itu sendiri.
RELATED POSTS