on

Akhir Cerita Samsung Galaxy Note 7

Samsung beberapa bulan lalu tampak bakal mengungguli Apple secara telak di industri ponsel setelah berhasil mencuri start dengan merilis Samsung Galaxy Note 7 sebelum sang kompetitor memperkenalkan produk terbarunya iPhone 7 dan iPhone 7 Plus. Ketika diperkenalkan secara resmi jutaan pujian pun dialamatkan kepada produk tersebut.

Samsung Galaxy Note 7 bahkan kala itu diyakini bakal menjadi smartphone terbaik 2016, bukan saja diantara sesama Android namun secara keseluruhan. Artinya publik dan media kala itu melihat iPhone 7 takkan lebih baik dari Galaxy Note 7 meski produknya sendiri (iPhone 7) bahkan belum diperkenalkan.

Samsung Galaxy Note 7 Meledak


Samsung Galaxy Note 7: Redup Sebelum Sempat Bersinar

Hanya dalam tempo sepekan semenjak diperkenalkan secara resmi permintaan Samsung Galaxy Note 7 langsung membludak, tercatat kala itu sebanyak 2.5 juta unit smartphone Samsung Galaxy terbaru itu terjual sudah di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia sendiri daftar konsumen yang sudah melakukan pre-order juga mencapai angka yang fantastis. Tergambar sudah bagaimana ekspektasi dan persepsi calon konsumen terhadap produk tersebut.

Malang tak dapat ditolak, tak lama setelah konsumen di AS memperoleh unitnya mulai muncul keluhan yang awalnya hanya sebatas overheat, belum sampai sang produsen sempat merespon muncul kasus terbakar bahkan meledaknya Samsung Galaxy Note 7.

Kala itu baru tercatat 35 unit Samsung Galaxy Note 7 yang meledak, sebagian besar diantaranya terjadi di AS. Samsung segera merespon dengan melakukan recall terhadap semua unit Galaxy Note 7 untuk penyelidikan lebih lanjut.

Awalnya pihak pabrikan menawarkan update firmware yang membatasi kapasitas baterai sebatas 60% untuk meminimalisir gejala panas berlebih yang berpotensi meledak.
Di negara-negara lain termasuk Indonesia yang kala itu masih dalam status pre-order pun Samsung merespon sigap dengan memberlakukan recall sekalipun kasus meledaknya Galaxy Note 7 tidak pernah terjadi di Indonesia.

Kondisi makin memburuk bagi Samsung setelah beberapa maskapai penerbangan resmi melarang Samsung Galaxy Note 7 diaktifkan, diisi ulang dalam pesawat maupun disimpan di bagasi atas rekomendasi FAA. Tindakan tersebut jelas merupakan pukulan keras bagi citra merek Samsung Galaxy dan Samsung Electronics secara umum.

Larangan Samsung Galaxy Note 7

Samsung Galaxy Note 7 Dilarang di Pesawat

Pada diagnosa awal sang produsen menyebut bahwa baterai Galaxy Note 7 yang diproduksi oleh Samsung SDI Co. merupakan biang masalah. Karenanya mereka memercayakan produksi baterai selanjutnya ke Amperex Technology Ltd. yang merupakan anak perusahaan dari TDK.

Sayang solusi tersebut tidak terbukti menyelesaikan masalah, kasus meledaknya Galaxy Note 7 masih terus berlanjut. Kali ini bukan produk itu saja yang mulai kehilangan kepercayaan, saham Samsung merosot hingga 7% sebagai imbasnya.

Beberapa ahli independen di bidang baterai menyebut bahwa baterai kemungkinan besar bukan satu-satunya tertuduh kasus ledakan tersebut, ada beberapa komponen lain yang dicurigai turut menyumbang cacat. Lantas apakah komponen dimaksud tersebut? Beredar rumor bahwa CPU dan sistem pengontrol voltase merupakan komponen yang dimaksud meski hingga kini belum ada konfirmasi.

Berakhirkah Samsung Galaxy Note 7?

Belum tuntasnya permasalahan menyebabkan Samsung mengumumkan penghentian produksi dan penjualan Galaxy Note 7 sementara waktu, namun sehari kemudian secara resmi mereka kembali mengumumkan bahwa demi keamanan konsumen sang produsen akhirnya memutuskan untuk menghentikan penjualan dan produksi Samsung Galaxy Note 7 secara permanen.

Artinya Samsung Galaxy Note 7 tidak akan ada lagi di pasaran maupun proses produksi. Pertanyaannya seberapa besar kegagalan Galaxy Note 7 ini terhadap masa depan Samsung terutama di industri telepon genggam?

Sukses mereka sejak tahun 2010 kala memproduksi Galaxy S generasi pertama bukanlah sebuah perjalanan singkat, pelan namun pasti yang awalnya seolah mendapat limpahan dari eks konsumen Blackberry akhirnya mulai menggerogoti pasar Apple sang pionir smartphone. Kamera Galaxy S7 bahkan diakui sebagai kamera smartphone terbaik yang ada hingga hari ini.

Sayangnya kegagalan mereka dengan Galaxy Note 7 tampaknya bakal membekas dalam di benak konsumen. Di negara maju utamanya seperti AS dan Eropa dimana mereka awalnya merupakan pengguna setia iPhone besar kemungkinan konsumen yang sudah berhasil diakuisisi bakal kembali ke selera asal (iPhone).

Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Saat ini Samsung Galaxy adalah merek paling digemari oleh konsumen di Indonesia, sebab selain LG hanya Samsung yang memberikan layanan purna jual prima. Asus meski terus membaik namun dari sisi layanan purna jual masih di bawah Samsung serta LG.

Beralih ke iPhone bukan opsi sederhana bagi kebanyakan konsumen Indonesia, harga iPhone jelas tidak mampu dijangkau oleh kebanyakan konsumen di Indonesia yang selama ini menjadi pengguna setia produk Samsung Galaxy di segmen menengah dan bawah. Preferensi apa yang kira-kira bakal dipilih oleh konsumen Indonesia setelah kasus Samsung Galaxy Note 7? Akankah berimbas? Waktu tampaknya yang akan menjawab.