HP Android dengan prosesor 64 bit belakangan ini makin menjamur. Padahal beberapa tahun lalu ketika Apple untuk pertama kalinya memperkenalkan prosesor dengan arsitektur tersebut lewat iPhone 5s sempat dicemooh oleh Qualcomm yang tak lain adalah salah satu pemasok chipset terbesar baik untuk ponsel berbasis Android maupun WP. Kini kenyataannya baik Qualcomm maupun MediaTek getol merilis arsitektur 64 bit tersebut.
HP Android kelas mid-low hingga mid-end saat ini sudah banyak yang mengadopsi prosesor 64 bit keluaran MediaTek. Sedankgna untuk ponsel Android kelas high-end tetap setia pada Qualcomm. Ponsel Android sendiri sejak semula hampir selalu menjadi yang paling agresif mengadopsi chipset berikut prosesor terbaik. Semua itu dilakukan dalam upaya mengejar ketertinggalannya dari iPhone maupun Windows Phone dalam hal smoothness. Namun demikian hingga saat ini upaya tersebut tak tampak menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Prosesor Octa-core lansiran MediaTek misalnya, meski pada awal kehadirannya menunjukkan potensi namun hanya berselang enam bulan kemudian HP Android yang mengandalkan prosesor tersebut sudah kembali mulai menunjukkan gejala lag. Sedangkan prosesor Qualcomm yang mampu mendukung kapasitas RAM lebih besar sekaligus GPU Adreno juga masih sekedar mampu meminimalisir gejala lag dan bukan menghilangkannya sama sekali.
Memang manakala prosesor-prosesor tersebut diuji dengan menjalankan sistem operasi Android standar tidak tampak ada masalah termasuk gejala lag. Namun karena masing-masing produsen smartphone Android menambahkan bloatwares seketika kondisi tersebut berubah. Dan fenomena semacam inilah yang mendorong produsen chipset termasuk Qualcomm yang semula menyebut arsitektur 64 bit pada prosesor smartphone yang dirintis oleh Apple beberapa tahun lalu sebagai gimmick pada akhirnya turut mengembangkan prosesor dengan arsitektur yang sama. Namun benarkah prosesor 64 bit tersebut bisa menjadi solusi bagi masalah smoothness yang dihadapi oleh sebagian besar ponsel Android dari berbagai merk tersebut?
Kelebihan Prosesor 64 bit Pada Smartphone
Secara sederhana prosesor 32 bit bisa digambarkan memiliki kapabilitas untuk menggunakan 32 bit lokasi yang tersedia pada RAM. Artinya prosesor ini mampu bekerja dengan RAM hingga kapasitas maksimal 4 GB. Karena terbatas hanya pada kapasitas 32 GB itulah maka prosesor 64 bit dihadirkan sebagai solusi jika nantinya produsen smartphone Android memutuskan menggunakan RAM dengan kapasitas lebih dari 4 GB.
Apple sendiri memang belum pernah menggunakan RAM dengan kapasitas melebihi 4 GB, namun perusahaan yang bermarkas di Cupertino itu punya alasan tersendiri yaitu untuk kepentingan riset. Dengan memulai lebih awal mereka berharap sudah melewati tahapan lebih tinggi ketika para kompetitor mulai terjun di teknologi arsitektur 64 bit ini.
Jika demikian tidak salahkah tuduhan Qualcomm bahwa prosesor 64 bit pada iPhone 5s kala itu tak lebih dari gimmick? Tidak juga! Memang dengan kapasitas RAM tak lebih dari 4 GB maka potensi yang dimiliki oleh prosesor 64 bit tidak dimanfaatkan secara optimal, namun tak bisa dilupakan bahwa arsitektur 64 bit lebih modern sekaligus lebih efisien dibanding 32 bit. Karena itu manfaat yang didapat oleh smartphone yang mengadopsinya tetap ada.
Kelebihan prosesor 64 bit dibanding prosesor 32 bit sendiri secara teoritis sangat kentara ketika membandingan ARMv7 dengan ARMv8. Angka-angka yang ada di dalamnya meningkat dua kali lipat, enkripsi datanya lebih efisien dan pula prosesor ini masih tetap kompatibel dengan software yang sejatinya dirancang untuk prosesor 32 bit. Prosesor 64 bit juga mampu mengambil data dari memori dalam tempo lebih singkat dibandingakan prosesor 32 bit.
Jelas memang ada peningkatan performa prosesor 64 bit dibanding 32 bit, namun sejujurnya peningkatan tersebut tidaklah sebesar yang dibutuhkan oleh ponsel berbasis Android untuk mengejar ketertinggalan performanya dari kompetitornya yang berbasis iOS dan Windows Phone.
Mengapa HP Android Saat Ini Menggunakan Prosesor 64 bit?
Jika memang perbedaannya tidak luar biasa dan belum menjadi solusi bagi smoothness ponsel Android lantas mengapa sebagian besar ponsel Android terbaru saat ini sudah mengadopsi prosesor 64 bit tersebut?
Selama beberapa tahun produsen chipset maupun ponsel bertahan mengandalkan prosesor 32 bit (perkecualian untuk Apple). Pabrikan seperti MediaTek maupun Qualcomm dari tahun ke tahun tetap mengandalkan arsitektur yang sama dan hanya menambahkan kecepatan (frekuensi) prosesornya dari waktu ke waktu. Melihat fenomena bahwa pabrikan ponsel sejauh ini masih bertahan dengan kapasitas RAM maksimal 3 GB maka keputusan MediaTek maupun Qualcomm tersebut rasanya bisa dimaklumi. Lebih cepat menerapkan arsitektur 64 bit justru tidak menguntungkan bagi mereka secara bisnis karena bakal mematikan penjualan prosesor 32 bit yang sudah dijalani selama ini.
Kondisi tersebut secara cepat berubah bersamaan dengan kehadiran versi terbaru Android yaitu Lollipop yang mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh prosesor dengan arsitektur 64 bit. Namun di sisi lain para pengembang aplikasi tampak masih enggan mengembangkan aplikasi untuk prosesor 64 bit hingga saat ini. Diperkirakan situasi ini takkan bertahan lama, cepat atau lambat para developer bakal dipaksa untuk menghadirkan aplikasi yang lebih sesuai dengan sistem operasi berikut arsitektur terbaru itu.
Sejauh ini ARM Cortex A57 yang tak lain merupakan versi 64 bit dari Cortex A15 diklaim memiliki performa yang lebih baik sekitar 20 hingga 30%. Hal yang sama berlaku pula pada perbandingan Cortex A53 dengan Cortex A7.
Dari MediaTek, MT6795 merupakan prosesor SoC True Octa-core 64 bit pertama yang dilahirkan dan mampu mendukung smartphone dengan layar 2K. Selanjutya MT6752 adalah prosesor True Octa Core yang terdiri atas 8 inti Cortex A53. Untuk mengimbanginya pihak Qualcomm mengembangkan Snapdragon 810 yang terdiri atas 4 inti Cortex A57 dan Cortex A53 yang mampu mendukung layar 4K Ultra HD. sebelumya Qualcomm sendiri telah memiliki Snapdragon 615 yang terdiri atas 4 Cortex A53 dengan kecepatan maksimal 1.7 GHz dan 4 lainnya masing-masing berkecepatan 1.0 GHz. Snapdragon 615 sendiri secara spesifik ditujukan untuk ponsel kelas menengah.
Pentingkah Prosesor 64 bit Pada Smartphone?
Tak diragukan bahwa baik MediaTek maupun Qualcomm perlahan juga akan makin berfokus dalam memproduksi prosesor 64 bit dan meninggalkan prosesor 32 bit. ARMv8 sendiri sudah beberapa kali diujicobakan pada handset HTC Desire namun tidak menunjukkan perbedaan performa yang signifikan dibanding ARMv7. Namun oleh karena kecenderungan dewasa ini pabrikan ponsel Android menggunakan RAM dengan kapasitas makin besar maka peralihan dari prosesor 32 bit ke 64 bit rasanya bakal menjadi perubahan alamiah yang tak terhindarkan.