Kamera smartphone semenjak beberapa tahun terakhir menjadi fitur yang paling dianggap penting oleh konsumen melebihi spesifikasi dan bahkan resolusi layar smartphone. Fenomena ini bahkan mulai memukul industri kamera dimana pasar kamera point-and-shoot mulai memasuki siklus decline setidaknya dalam dua tahun belakangan ini karena posisinya digantikan oleh kamera smartphone.
Decline-nya segmen kamera point-and-shoot bukan satu-satunya perubahan yang terjadi seiring dengan perkembangan kamera smartphone secara pesat dewasa ini. Jika tahun-tahun sebelumnya iPhone selalu menjadi benchmark atau tolok ukur ketika bicara kamera smartphone maka tahun ini justru sebaliknya. Apple menjadikan standar dan pesatnya performa kamera smartphone Android sebagai patokan dalam mempersiapkan produk terbaru mereka.
Kamera Smartphone Android Menjungkalkan iPhone Dari Tahta
Terlepas dari sebuah anomali dimana HTC gagal dalam melakukan eksperimen kamera smartphone leat teknologi UltraPixel yang mereka banggakan di awal tahun sebelumnya, pabrikan lain seperti Sony, Samsung dan LG sukses melakukan PR R&D mereka untuk menetapkan standar baru pada fitur kamera telepon genggam.
Sony memang tak banyak membuat kemajuan jika menilik perbandingan antara Sony Xperia Z3+ (Xperia Z4) dengan flagship model mereka tahun lalu yaitu Xperia Z3. Meski demikian kamera Xperia Z3 + atau yang di beberapa pasar tertentu disebut sebagai Xperia Z4 masih diakui layar disejajarkan dengan flagship model terkini. Namun lompatan luar biasa dan layak diapresiasi sebenarnya dilakukan oleh duo perusahaan asal Korea yaitu Samsung dan LG.
Lewat Samsung Galaxy S6 perusahaan yang tahun lalu angka penjualannya sempat jeblok itu menetapkan standar baru untuk kamera smartphone. Performa, kecepata auto-focus, kemampuan lensanya menangkap pencahayaan secara optimal serta kualitas foto yang dihasilkan mendapat banyak pujian di kalangan profesional kala pertama kali dirilis. Kualitas kamera Samsung Galaxy S6 mampu melampaui kemampuan serta kualitas kamera iPhone 6. Baik “The Verge” maupun “Tom’s Hardware” sama-sama mengamini hal tersebut pada pengujian mereka terhadap kamera Samsung Galaxy S6.
Perbedaan tersebut tak hanya dapat dibedakan dan dirasakan oleh profesional di bidang fotografi namun juga di kalangan pengguna awam termasuk penulis sendiri. Aperture 1.9 pada kamera utama Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge memang handal dalam menangkap cahaya untuk mengoptimalisasi hasil foto, belum lagi kecepatan shutter-nya terasa sangat cepat dan jelas beberapa tahun lalu tak terbayangkan bahwa kamera sebuah smartphone bakal mencapai pada level ini suatu ketika. Performa serta kualitas foto yang dihasilkan oleh kamera Galaxy S6/S6 Edge mampu disejajarkan dengan kamera point-and-shoot bahkan lebih baik dibanding beberapa diantaranya.
Ketika banyak orang masih terkagum-kagum dengan kamera Galaxy S6, rivalnya, pabrikan asal Korea yang lain yaitu LG merilis LG G4 dengan aperture 1.8 dan OIS yang performanya bahkan lebih baik dibanding Galaxy S6. Dalam sekejap saja kamera LG G4 mampu mempecundangi kamera Galaxy S6, tak hanya itu kemampuannya mendukung format foto RAW juga merupakan keunggulan tersendiri bagi mereka yang gemar melakukan olah foto.
Campbell Simpson dari Gizmodo dalam ulasannya mengenai LG G4 secara blak-blakkan menyebut bahwa kamera iPhone 6 tak ada apa-apanya jika dibanding kamera LG G4.
Kondisi ini tentu merupakan pukulan berat bagi perusahaan asal Cupertino, Apple. Pasalnya selama bertahun-tahun bukan saja kamera iPhone menjadi standar kualitas serta performa kamera smartphone namun Apple bahkan mengandalkan fitur kamera sebagai satu-satunya fitur unggulan iPhone. Tahun demi tahun tak banyak ubahan yang dilakukan Apple pada iPhone di sektor spesifikasi serta fitur lain. Kalaupun ada maka ubahannya sangat minim, namun mereka tampak begitu fokus dan cenderung terobsesi dalam meningkatkan teknologi kamera iPhone.
Selama bertahun-tahun itu pulalah kamera sudah menjadi key selling point bagi iPhone. Revolusi terbesar dari kamera iPhone sendiri menurut pendapat penulis tampak pada generasi iPhone 4S. Semenjak itu pengguna iPhone dengan percaya diri meninggalkan kamera saku mereka dan hanya menggantungkan diri pada kamera iPhone 4S termasuk untuk mengabadikan momen liburan mereka di manca negara.
Semenjak itu Apple terus melakukan berbagai peningkatan fitur kamera iPhone, dan di sisi lain kamera smartphone Android masih sekedar dalam kategori “layak” digunakan namun jauh dari ekspektasi jika yang dimaksudkan adalah sebagai pengganti kamera point-and-shoot. Sementara pengguna iPhone bisa meninggalkan kamera saku, tidak demikian halnya dengan pengguna smartphone Android kala itu.
Bahkan sampai pada generasi iPhone 6 pun perusahaan asal Cupertino itu masih tampak jelas mengandalkan kamera sebagai key selling point produk smartphone terbarunya. Tengok saja dari iklan-iklannya.
Kamera Smartphone Android Bukan Satu-satunya Kenggulan Atas iPhone
Perbandingan Harga iPhone 6 vs. LG G4 vs. Samsung Galaxy S6 |
iPhone 6 | LG G4 | Samsung Galaxy S6 |
| | |
| | |
|
Tak bisa disangkal bahwa pabrikan smartphone Android manapun cenderung meng-copy ide-ide Apple yang diaplikasikan pada iPhone. Tentu hal ini bisa diperdebatkan pula melihat bahwa memang sudah menjadi kencenderungan antar produsen saling meniru desain kompetitornya yang sukses di industri tersebut. Bukan hanya di industri ponsel namun juga industri lain seperti otomotif misalnya.
Namun di sisi lain smartphone Android kini sudah mampu melampaui iPhone dari banyak sisi. Fitur kamera hanya satu di antaranya. Semenjak kehadiran Android KitKat performa serta kemudahan sistem operasi Android mulai menarik minat para pengguna setia iOS.
Android berkembang dari sebuah sistem operasi yang tadinya dianggap sebagai “kelas dua” dimata end-user menjadi sebuah sistem operasi yang user friendly, responsif dan bahkan bersamaan dengan pesatnya perkembangan tampilan antar muka seperti Cynagogen prestige sistem operasi open source meningkat pesat. Bagi mereka yang tak gemar melakukan otak-atik dan mengapresiasi keindahan tampilan serta animasi semata, tampilan antar muka TouchWiz, SenseUI dan LG UI juga tak kalah menarik dibandingkan iOS.
Selain itu sistem operasi iOS juga memiliki kelemahan yang belum teratasi hingga kini, setiap muncul update terbaru iOS maka perangkat keluaran tahun sebelumnya tak benar-benar bisa menikmatinya secara optimal sebab spesifikas hardware yang diusung terlalu berat untuk menjalankan iOS terbaru tersebut. Kondisi yang sama nyaris tak terjadi pada smartphone ataupun tablet Android. Setidaknya butuh waktu 2-3 tahun bagi tabler atau smartphone Android untuk menjadi terasa terlalu berat menjalankan sistem operasi Android terbaru.
Tak bisa disangkal bahwa tahun 2015 ini bisa disebut sebagai “tahunnya Android”. Perkembangan sistem operasi yang sudah mendekati ideal serta fitur kamera yang membuat beberapa flagship menciptakan standar baru lebih dari cukup untuk menjadi indikatornya. Tentu Apple akan bereaksi terhadap situasi ini, namun produsen Android pun takkan stagnan. Lantas siapa yang paling diuntungkan dari fenomena ini? Tentu adalah konsumen, selama tidak menjadi pengguna fanatik maka konsumen akan selalu diuntungkan dari memanasnya kompetisi di sebuah industri.