Menyusul spekulasi yang diamini probabilitasnya bahwa BlackBerry bakal memproduksi smartphone berbasis Android tidak berlebihan rasanya jika BlackBerry Leap bukan tidak mungkin menjadi smartphone terakhir perusahaan asal Kanada tersebut yang masih menggunakan sistem operasi buatannya sendiri. Selama beberapa tahun belakangan perusahaan yang pernah menjadi market leader di industri smartphone itu mengalami kesulitan luar biasa dalam upayanya untuk kembali diperhitungkan di industri tersebut.
BlackBerry Leap dalam beberapa hal menunjukkan ubahan signifikan yang relatif berbeda dibanding produk BlackBerry yang sudah-sudah. Walau demikian masih banyak pihak meragukan bahwa kehadiran smartphone BlackBerry terbaru ini akan mengubah nasib sang produsen sebagaimana diharapkan. Seperti apa sebenarnya sosok BlackBerry Leap? Simak ulasan berikut ini.
Desain dan Spesifikasi BlackBerry Leap
Berbeda dengan BlackBerry Z10 yang memang diposisikan sebagai model flagship, BlackBerry Leap dimaksudkan untuk melayani segmen kelas menengah. Banderol harganya pun sudah menunjukkan maksud tersebut. Walau demikian dalam beberapa hal seperti spesifikasi justru BlackBerry Leap lebih tinggi ketimbang Z10. Sebut saja misalnya GPU Adreno 305 yang performanya lebih baik dibanding Adreno 225 sebagaimana digunakan oleh BlackBerry Z10. Tak hanya itu, dari segi desain penampilannya justru lebih meyakinkan dan agresif dibanding Z10.
Walau demikian jika dibandingkan kompetitor berbasis sistem operasi Android, WP maupun iOS desain BlackBerry Leap terlalu sederhana bahkan cenderung kuno. Pilihan warna abu-abu gelap yang mendominasi material plastik soft touch tak membuatnya menonjol ketika diletakkan berdekatan dengan smartphone lain. Walaupun build quality-nya sendiri masih tetap khas smartphone BlackBerry yang kokoh serta solid.
Keunggulan utama BlackBerry Leap mungkin terletak pada layarnya. Memang resolusinya sangat rendah yaitu 720 x 1280 pixels namun gambar, font serta warna yang ditampilkan tampak tajam selama berada dalam sudut pandang yang ideal. Tingkat kecerahan layar ini pun sangat tinggi sehingga bisa jelas terbaca kala terpapar sinar matahari langsung sekalipun.
Perpaduan antara prosesor quad-core berkecepatan 1.5 GHz yang terintegrasi dengan chipset Snapdragon S4 buatan Qualcomm dan sistem operasi BB 10 juga menghasilkan performa yang sangat responsif baik kala melakukan transisi antar aplikasi maupun browsing. Sangat mengesankan mengingat bahwa Snapdragon S4 sudah termasuk uzur untuk masa kini.
Uzur-nya chipset ini bagaimanapun tak bisa disembunyikan kala melakukan loading lebih-lebih untuk aplikasi kompleks, waktu yang dibutuhkan terasa sangat panjang. Demikian pula aktivitas browsing jika situs yang dibuka tidak menggunakan template yang mendukung perangkat mobile.
Fitur kamera 8 MP dengan dukungan LED flash terdengar menjanjikan di atas kertas, walau faktanya tidak ada keistimewaan dari kamera itu sendiri. Ketiadaan fitur OIS memengaruhi performanya karena pengguna harus memastikan tangan benar-benar tidak bergerak saat hendak mengabadikan sebuah objek. Saat mengambil foto di siang hari dengan pencahayaan ideal foto yang dihasilkan cukup bisa diterima, namun tak usah berharap kemampuannya di dalam ruangan atau di malam hari. Penggemar selfie juga tak bakal terpuaskan dengan kemampuan kamera sekunder 2 MP pada bagian depan.
Kesimpulan Review BlackBerry Leap
Menggunakan nama “Leap” seolah ingin mengesankan bahwa BlackBerry Leap merupakan sebuah lompatan (terobosan) luar biasa dari pabrikan asal Kanada itu untuk memulihkan diri dari keterpurukan. Sekalipun bakal ada konsumen yang menghargai layar tajam, performa lumayan serta daya tahan baterai luar biasa dari BlackBerry Leap namun sayangnya di kisaran harga yang sama ada demikian banyak alternatif yang lebih menjanjikan.
