on

Benarkah Smartphone dengan Casing Aluminium Lebih Baik?

Smartphone mengalami proses evolusi dan transformasi yang demikian cepat semenjak pertama kali diperkenalkan oleh Apple lewat generasi pertama iPhone beberapa tahun lalu. Bahkan dalam sejarahnya industri smartphone sendiri diwarnai oleh bangkit serta jatuhnya para produsen seperti fenomena sukses Xiaomi yang dicapai hanya dalam waktu lima tahun dan ambruknya Nokia yang sempat menjadi penguasa industri telepon genggam beberapa tahun lalu.

Beberapa tahun lalu ketika sistem operasi Symbian masih mendominasi industri ponsel hampir setiap pabrikan memilki keunikan desain masing-masing yang menjadi ciri khas setiap merek. Seperti flip phone yang identik dengan Motorola atau candybar yang lekat dengan desain ponsel Nokia. Namun ketika era iOS, Android dan WP mulai menggeser Symbian perbedaan tersebut menjadi tidak lagi kentara. Sebab semua pabrikan kini secara serentak konsisten menggunakan desain candybar.

Benarkah Smartphone dengan Casing Aluminium Lebih Baik?


Dari sisi material meski saat ini tak bisa pula digunakan untuk mengidentifikasi tiap-tiap merek namun keberagaman materialnya semakin variatif dalam dua tahun belakangan ini. Semula hanya diawali dengan material plastik dan serat kaca selanjutnya bertambah dengan metal (aluminium), leather dan bahkan kayu (wood).

Casing Plastik Lebih Murah Dibanding Casing Metal?

Casing plastik awalnya dipopulerkan oleh Samsung terutama lewat produk masterpiece mereka kala itu yaitu Samsung Galaxy S. Semenjak itu dan bahkan hingga saat ini ada demikian banyak pabrikan lain yang mengekor langkah perusahaan asal Korea itu dengan mengadopsi casing berbahan plastik. Tidaklah mengherankan sebab material ini lebih murah serta mudah untuk diproduksi secara massal ketimbang material lainnya.

Namun dibalik alasan harga murah tersebut sebenarnya ada beberapa keunggulan casing bermaterial plastik seperti bobot yang lebih ringan serta plastiknya sendiri tidak memiliki efek negatif yang mengganggu sinyal.
Sampai saat ini pun masih banyak smartphone kelas low-end dan mid-end yang mengadopsi material ini, demikian pula beberapa smartphone kelas high-end meski memadukannya dengan material lain.

Casing Metal/Aluminium, Benarkah Sebaik Persepsinya?

Metal menjadi alternatif kedua setelah plastik, utamanya untuk smartphone kelas high-end. Alasan utamanya adalah karena casing yang terbuat dari metal bukan saja memberi kesan lebih premium namun sekaligus lebih solid jika dibandingkan casing plastik. Pabrikan asal Taiwan HTC boleh dibilang sebagai pelopor penggunaan casing berbahan logam ini terutama lewat seri HTC One.

Kelebihan lain dari smartphone dengan casing logam adalah kemampuan melepas panas yang lebih baik sehingga gejala overheating cenderung lebih mampu diatasi ketimbang smartphone yang menggunakan material jenis lain.

Hanya saja pada sisi lain casing metal pun memiliki kelemahannya sendiri, yang paling jelas tentu saja adalah bobotnya yang lebih berat dibanding platik atau serat kaca. Beruntung beberapa pabrikan kini sudah menemukan proses produksi yang memungkinkan bobotnya dipangkas meski tetap tidak seringan plastik.

Kelebihan dan Kekurangan Casing Serat Kaca



Serat kaca 2.5 D adalah pilihan yang tak kalah populer untuk smartphone flagship model keluaran setahun belakangan ini. Awalnya banyak yang meragukan kekuatan serat kaca sebagai bahan casing, namun seiring dengan kehadiran serat kaca anti gores seperti Corning Gorilla Glass dan Sapphire maka kekhawatiran tersebut tidak lagi relevan. Bahkan belakangan ini semakin banyak pabrikan mengadopsi material ini karena mampu memberikan kesan premium tanpa berdampak negatif pada penambahan bobot.

Selain ketiga material utama yang disebut di atas baru-baru ini muncul kecenderungan pabrikan melakukan uji coba terhadap material casing jenis lain yang semula tidak dibayangkan oleh sebagian besar orang namun pada faktanya terbukti sukses diterima oleh pasar. Salah satu yang paling populer tentu saja adalah leather seperti digunakan oleh LG G4 serta beberapa ponsel buatan Motorola. Sedangkan OnePlus lebih berani dalam melakukan uji coba dengan menggunakan material kayu (wood) yang ternyata juga disambut antusias oleh konsumen.

Lazada Indonesia




Motorola dan LG melangkah lebih jauh lagi antara lain dengan menggunakan bahan kevlar (Motorola Droid Turbo) serta coating khusus yang fleksibel seperti digunakan LG pada LG G Flex dan LG G Flex 2.

Seperti dipaparkan di atas bahwa tidak bisa menyebut mana yang lebih baik diantara kesemuanya sebab masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Satu hal yang pasti adalah bahwa dalam waktu-waktu mendatang akan lebih banyak lagi material casing yang digunakan dan mungkin saat ini tak pernah terpikirkan oleh kita.