Samsung Galaxy Note Edge terus mendominasi mesin pencari terlebih setelah di beberapa negara rilis resmi Samsung Galaxy Note Edge diumumkan. Diperkenalkan beberapa waktu lalu bersama dengan Samsung Galaxy Note 4, phablet yang bagi banyak orang dipersepsi canggih ini menjadi salah satu device Android yang paling dinanti. Namun benarkah Samsung Galaxy Note Edge mengusung teknologi canggih? Ataukah tak lebih dari sekedar sukses lain pabrikan asal Korea itu untuk membentuk persepsi calon konsumen sebagaimana mereka lakukan selama ini?
Beberapa tahun lalu Samsung Mobile menjadi bahan tertawaan ketika merilis ponsel dengan layar lebar. Kala itu orang bertanya-tanya apa yang ada dibenak desainer Samsung ketika merancang ponsel yang sama sekali tidak praktis. Namun tak lama kemudian ternyata para kompetitor yang semula mentertawakan justru mulai mengikuti jejak Samsung. Bahkan baru-baru ini Apple yang semula begitu yakin bahwa sisi ergonomis merupakan hal vital untuk sebuah ponsel pun akhirnya berubah pikiran dan merilis iPhone 6 Plus.
Melihat para kompetitor mulai mengikuti jejaknya, Samsung Mobile tampak tak rela jika ceruk pasar yang mereka temukan dijadikan arena bermain para kompetitor. Karena itu belakangan perusahaan tersebut membanjiri pasar dengan berbagai produk Samsung Galaxy murah berlayar lebar sebut saja seri Samsung Galaxy Grand dan seri Samsung Galaxy Core. Spesifikasinya biasa saja bahkan terkadang di bawah rata-rata, namun layar lebar menjadi USP-nya.
Meski strategi membanjiri pasar dengan ponsel murah berlabel Samsung Galaxy tersebut sukses untuk sementara waktu, setidaknya mampu menyokong pengeluaran biaya pemasaran mereka yang gila-gilaan namun begitu sebuah produsen HP Android asal China, Xiaomi merilis ponsel di kelas low-end dan mid-end dengan kualitas jauh lebih baik dibanding Samsung Galaxy dan harga lebih murah maka pabrikan asal Korea itupun mulai kelimpungan.
Sementara Xiaomi menggerogoti pasar Samsung Mobile di segmen low-end dan mid-end, Apple tampak tak mau menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan mencoba melakukan strategi agresif di kelas high-end lewat iPhone terbaru. Hasilnya raksasa elektronik asal Korea itu mengalami penurunan penjualan, fakta ini bahkan diakui oleh petinggi Samsung Mobile beberapa waktu lalu.
Bahkan penjualan produk andalan mereka yaitu Samsung Galaxy S5 bisa dibilang melenceng dari target. Itulah alasan mereka kemudian merilis Samsung Galaxy Alpha dan baru-baru ini juga dikabarkan tengah melakukan desain ulang untuk bakal produk Samsung Galaxy S6 yang akan dibangun dari nol.
Kalah penjualan di segmen low-end dan mid-end adalah satu hal, namun kalah di segmen high-end tentu merupakan ancaman yang tak bisa dipandang enteng. Pasalnya sukses awal Samsung Mobile di industri ponsel berangkat dari kesuksesan mereka merilis Samsung Galaxy S generasi pertama beberapa tahun lalu. Ponsel kelas flagship pertama keluaran Samsung tersebut bukan hanya canggih kala itu namun juga hadir pada timing yang tepat saat pamor Blackberry meredup dan iPhone masih dianggap kemewahan di pasar negara berkembang dan negara dunia ketiga.
Melihat gelagat itulah departemen pemasaran Samsung Mobile yang memiliki anggaran dana terbesar diantara departemen pemasaran milik produsen ponsel lainnya terus memutar otak dan mengeksplorasi kreativitas. Di sinilah ide awal lahirnya Samsung Galaxy Note Edge muncul dan diteruskan ke departemen terkait lainnya di tubuh Samsung Mobile.
Well, mungkin cerita pada paragraf terakhir di atas lebih merupakan opini ketimbang fakta. Namun jika membaca lebih lanjut tulisan ini nantinya Anda akan paham juga kenapa proses kelahiran Samsung Galaxy Note Edge lebih masuk akal diasumsikan muncul dari departemen pemasaran ketimbang departemen R&D ataupun desain.
Dibalik Lahirnya Samsung Galaxy Note Edge
Di kelas flagship produk Samsung Mobile yang menjadi bintang saat ini bukanlah Samsung galaxy S5 atau Samsung Galaxy Alpha, melainkan Samsung Galaxy Note 4. Ukurannya yang tak sebesar tablet, didukung S-Pen dan performa prima membuat konsumen cenderung menganggapnya sebagai solusi perpaduan sempurna antara smartphone dan tablet.
Sejak awal lini produk Samsung Galaxy Note mampu menjembatani dua kategori produk tersebut dan berbagai penyempurnaan pada generasi keempat ini menjadikannya semakin mampu menjawab kebutuhan tersebut.
Berangkat dari sinilah Samsung Mobile, dalam hal ini departemen pemasaran mereka berpikir bahwa alih-alih mencoba menciptakan produk baru yang belum teruji keberhasilannya di pasar mengapa tidak melakukan diferensiasi dari produk yang sudah nyata-nyata sukses? Dan produk itu tentu saja adalah Samsung Galaxy Note 4.
Produk yang sama, menyasar segmen ceruk pasar yang berbeda! Mungkin begitulah kira-kira pemikiran departemen pemasaran Samsung Mobile yang kemudian melahirkan Samsung Galaxy Note Edge.
Dengan layar inovatif yang oleh mereka disebut sebagai “Edge Panel” perusahaan itu kemudian mengkampanyekan bahwa Samsung Galaxy Note Edge adalah sebuah produk yang baru, canggih dan berbeda dari semua smartphone ataupun phablet yang pernah dilihat konsumen selama ini. Dan persepsi pasar pun ternyata sukses dibentuk lewat kampanye pemasaran tersebut.
Pasar (konsumen) mempersepsikan Samsung Galaxy Note Edge adalah sebuah device yang canggih walau sebenarnya “Edge Panel” sendiri tak lebih dari sekedar gimmick. Namun itulah kekuatan persepsi, dimana hal yang tak relevan bisa menjadi relevan dan pula sebaliknya.
Padahal kalau mau jujur dan sedikit analitis tak bakal sulit bagi siapapun untuk memahami Samsung Galaxy Note Edge pada dasarnya tak lebih dari Samsung Galaxy Note 4. Keduanya nyaris identik 100% kecuali tentu saja pada “Edge Panel”-nya.
Tengok saja misalnya spesifikasi Samsung Galaxy Note Edge yang mengusung layar qHD 5.6 inch yang dalam bahasa pemasarannya Samsung mengistilahkan sebagai layar dengan resolusi 2560×1440+160. Demikian pula halnya dengan prosesor quad core 2.7 GHz berikut RAM sebesar 3 GB, internal memori 32 GB, kamera belakang 16 MP dengan OIS, kamera depan 3.7 MP serta tak ketinggalan tentu saja S-Pen. Dari situ saja sudah cukup menjelaskan persamaan antara Samsung Galaxy Note Edge dengan Samsung Galaxy Note 4.
Sedangkan fitur gimmick yang membedakan keduanya adalah layar HD Super AMOLED yang dibuat melengkung pada sisi kanan yang menghasilkan desain asimetris sekaligus unik dibanding smartphone dan tablet yang sudah ada selama ini.
Bagian yang oleh Samsung disebut sebagai “Edge panel” ini memang bukan sekedar pemanis namun memiliki fungsi yang bisa dikustomisasi sesuai selera dan kebutuhan pemiliknya. Jika Anda terbiasa membawa ponsel saat tidur bahkan bagian “Edge” ini sekaligus bisa difungsikan sebagai jam (night clock). Dan untuk sebuah alasan yang gagal saya pahami, “Edge” panel ini sekaligus juga bisa digunakan untuk memainkan game.
Menarik memang, dan tentu saja memberikan pengalaman yang berbeda dibanding menggunakan smartphone biasa. Namun untuk sedikit pengalaman tersebut calon konsumen harus bersedia membayar dengan harga yang lebih mahal. Samsung Galaxy Note 4 yang di AS dibanderol mulai $700 kini sudah dijual di Indonesia dengan kisaran harga Rp 8,4 jutaan. Sementara Samsung Galaxy Note Edge sendiri di AS dibanderol $950 tanpa kontrak atau sekitar $250 lebih mahal dari Galaxy Note 4. Belum tahu berapa harganya jika Samsung Galaxy Edge masuk Indonesia, bahkan konon kecil kemungkinan phablet ini akan masuk di Indonesia mengingat Samsung sendiri sudah menegaskan bahwa produk ini hanya akan menyasar niche market saja dengan jumlah unit terbatas.
Semua orang tentu punya pendapat berbeda mengenai apakah fitur gimmick berupa “Edge” panel cukup layak untuk mengkompensasi harga Samsung Galaxy Note Edge dibanding Samsung Galaxy Note 4. Namun pastinya departemen pemasaran Samsung Mobile sudah melakukan riset pasar sebelum memutuskan menindaklanjuti ide tersebut. Bahkan kabarnya Samsung Galaxu S6 yang saat ini tengah dirancang pun akan mengusung fitur “Edge” panel yang sama. Jika benar maka kepercayaan diri Samsung akan fitur tersebut tentulah sangat beralasan.
Apapun itu sejujurnya, sekedar opini pribadi, membeli Samsung Galaxy Note Edge bukanlah tindakan cerdas dalam posisi konsumen. Kehadiran Samsung Galaxy Note Edge memang layak diapresiasi baik dampaknya bagi perkembangan industri ponsel maupun dari sisi pemasaran, namun kedua fakta tersebut tidak serta merta menjadikan Samsung Galaxy Note Edge sebagai produk yang akan dibeli oleh smart buyers.
Samsung Galaxy S5 | Samsung Galaxy Note 4 | ||
Gratis ongkos kirim dan bisa dibayar ditempat atau COD |